Powered by Blogger.

Warcraft III: The Frozen Throne

Bermula ketika Maiev Shadowsong,sipir penjaga penjara Illidan Stromrage,mengejar Illidan di Azarha bersama Naisha,temannya.Di sana Illidan membuat pasukan perang bernama 'Naga'.ada yang berbentuk duyung,kadal,kura-kura,dan seekor burung aneh.Maiev mengejar sampai di Tomb Of Sargeras.Sialnya di sana Naisha mengorbankan dirinya demi keselamatan Maiev.
Karena terdesak,Maiev mengirim utusan kepada Tyrande Whisperwind dan Malfurion Stromrage.Illidan langsung melarikan diri.Di Silverpine Forest Malfurion pergi ke hutan memadamkan hutan dari kebakaran,sedangkan Maiev dan Tyrande membantu Prince Kael'Thes dari Human yang menyiapkan bantuan kepada atasannya.
Kael bersedia membantu Maiev mengalahkan Illidan (Malfurion kalap karena Tyrande tercebur ke sungai dan menghilang).Illidan akhir terkalahkan.malfurion lalu meneriaki Illidan bahwa Illidanlah penyebab kematian Tyrande.Illidan kaget dan bersedia membantu Malfurion tetapi Maiev bersikeras menangkap Illidan.Tetapi Malfurion berhasil menahan Maiev dan pergi bersama Illidan.
Ternyata Tyrande berada tak jauh dari Silverpine Forest dan diancam Undead. Bersama-sama dengan Malfurion, Illidan berusaha menyelamatkan Tyrande. Mereka pun berhasil. Malfurion pun memutuskan berpisah denagn Illidan dengan janji bahwa Illidan tidak boleh mengganggu rakyatnya. Tetapi Maive yang terobsesi akan pengejarannya dengan Illidan mengejar Illidan.

Wrath Of Lich King Official History

Ner'zhul sang Ketua Shaman dulunya adalah pemimpin spiritual terhebat para Orc. Ditipu oleh sang Iblis Kil'jaedein, dia bertanggung jawab atas perubahan bangsa Orc dan terciptanya pasukan haus darah Horde. Meskipun akhirnya Ner'zhul menolak untuk memberikan rakyatnya kepada pasukan Iblis Burning Legion.
Sang Raja Iblis Kil'jaeden menghukum Ner'zhul karena penghianatannya, menghancurkan tubuhnya dan menyiksa arwahnya. Sang iblis lalu menawarkan Ner'zhul sebuah pilihan: melayani Burning Legion sampai akhir atau tersiksa selamanya. Tidak memiliki pilihan lain, Ner'zhul terpaksa mematuhi Kil'jaeden dan dilahirkan kembali sebagai Jendral Burning Legion yang mengerikan - Sang Lich King.

Arwah Ner'zhul secara sihir dikurung dalam Baju Zirah kuno dan terikat dengan pedang terkutuk Frostmourne. Untuk memastikan kepatuhan Ner'zhul, Kil'jaeden menutup Baju Zirah dan pedang itu dengan kubah es yang khusus diciptakan dari Es abadi yang berasal dari dunia lain di Twisting Nether. Kristal beku ini lalu dikirim ke dunia Azeroth, mendarat di daratan utara, daerah kutub bernama Northrend.

Salah satu keahlian yang dimiliki oleh sang Lich King adalah mengendalikan kematian. Dari dalam Kubah Es, Ner'zhul menciptakan sebuah pasukan undead untuk melayaninya dan mencoba pasukannya melawan para nerubians dari Azjol-Nerub dan Pemimpin mereka, Anub'arak. Meskipun perang ini berlangsung selama beberapa tahun, banyak nerubians yang gugur di medan perang berubah menjadi undead yang dikendalikan oleh Lich King. Anub'arak akhirnya terjebak dan dibunuh, lalu dibangkitkan kembali untuk bergabung dengan Ner'zhul sebagai Crypt Lord.

Sang Lich King terlihat sangat setia melayani tuannya, tapi dia merencanakan sesuatu yang lain. Dia membelah sedikit es dari kubahnya, lalu mendorong Frostmourne kedalamnya, dan memerintahkan anak buahnya membawa pedang itu jauh dari dirinya. Ner'zhul ingin menggunakan pedang itu sebagai umpan untuk mendapatkan Ksatria Hebat, seseorang yang mampu membebaskan dirinya dan menjadi tubuh bagi arwahnya. Sementara Frostmorne berada diposisinya untuk tujuan masa depannya, sang Lich King tetap melakukan tugas tuan Iblisnya.

Sejak tiba di Azeroth, sang Lich King telah menciptakan sebuah formula berisi wabah kematian, penyakit mengerikan yang diciptakan untuk membunuh manusia dan merubah mereka menjadi pasukan yang setia kepada Burning Legion. Untuk menyebarkan wabah ini, sang Lich King merekrut seorang pengikut setia bernama Kel'thuzad, anggota senior Dewan Dalaran.

Dibawah pengawasan Lich King, Kel'Thuzad menciptakan Cult Of The Damned, sebuah kelompok manusia yang dijanjikan kehidupan abadi di Azeroth. Lalu mereka menyebarkan wabah kematian di desa yang berada di daerah utara Lordaeron, dan terciptalah pasukan undead yang sangat besar.Kel'Thuzad melihat pasukan itu lalu menamakannya The Scourge. Dengan perintah Lich King, pasukan itu diyakini akan menghancurkan seluruh peradaban manusia dari muka bumi.

BAB II

Kepemilikan Frostmourne


Sang Ketua Penyihir Antonidas mencurigai bahwa wabah kematian adalah penyakit yang diciptakan secara sihir, maka dia mengirim pengikutnya Jaina Proudmoore ke daerah utara untuk menyelidikinya. Dirinya ditemani oleh Pangeran Arthas Menethil, anak tunggal dari Raja Terenas. Jaina dan Arthas memburu dan membunuh pelayan Sang Lich King, Kel'Thuzad, tapi kematiannya tidak menghentikan bangkitan pasukan Scourge. Ketika peperangan melawan pasukan Scourge mulai terjadi, sang Pangeran mulai kehilangan keyakinannya dan bingung.

Bergabung dengan Paladin Legendaris Uther The Lightbringer, Arthas dan Jaina terlambat tiba di gerbang Stratholme untuk menghentikan penyebaran wabah kematian. Arthas sadar bahwa penduduk yang tidak bersalah akan berubah menjadi pasukan undead. Dia memerintahkan Uther untuk membakar kota dan membantai semua penduduk sebelum mereka berubah menjadi pasukan Scourge. Ketika Uther menolak, Arthas menuduhnya sebagai penghianat dan tidak mematuhi perintah dari Rajanya. Uther dan sisa pasukan berkudanya meninggalkan kota dengan kekecewaan, dan Jaina, takut dengan keputusan Arthas, juga meninggalkannya.

Putus asa dengan kehilangan rekannya, Arthas tetap melanjutkan rencananya, membantai seluruh penduduk yang tidak bersalah dan membakar setiap bangunan yang berdiri. Sesuatu hilang dari diri Arthas saat itu, dan ketika dia berjalan semakin jauh dari Stratholme, dia kehilangan sebagian besar rasa kemanusiaannya.

Sang Pangeran lalu memutuskan untuk menghentikan pasukan Scourge selamanya. Dia berhasil melacak sumber wabah kematian ke Northrend. Dengan semangat membara dan ingin membalas dendam, sang Pangeran pergi ke daratan salju bagian utara dunia.

Di Northrend Arthas secara tidak sengaja menemukan teman lamanya, Muradin Bronzebeard sang Dwarf. Muradin sedang mencari sebuah pedang legendaris yang memiliki kekuatan hebat, pedang itu bernama Frostmourne. Arthas memutuskan untuk mencari pedang itu dan menggunakannya untuk melawan pasukan Scourge. Tetapi, atas desakan Uther, Raja Terenas lalu menarik Arthas dan Pasukannya kembali. Sebelum pasukannya berhasil berlayar kembali ke rumah, Arthas secara diam-diam menyewa pembunuh bayaran untuk membakar kapalnya. Ketika pasukan Arthas tiba di pantai mereka kecewa melihat kapalnya terbakar dan Arthas memerintahkan mereka untuk memburu dan membunuh pembunuh bayaran itu.

Arthas lalu menjelajahi untuk mencari apa yang dia yakini adalah kunci untuk menyelamatkan rakyatnya. Tak lama Muradin dan Arthas berhasil menemukan Frostmourne dan membaca peringatan yang tertulis dibawahnya. Peringatan itu memperingatkan bahwa siapapun yang memiliki Frostmourne akan mendapatkan kekuatan abadi, tapi sebagai akibatnya "Ketika Pedang itu menyentuh tangan, kekuatannya akan menghancurkan jiwamu." Menghiraukan peringatan itu dan protes Muradin, Arthas bersumpah bahwa dia akan membayar apapun untuk memiliki pedang itu.

Dengan sumpah sang Pangeran, Frostmourne membebaskan dirinya dari kubah es dimana dia disimpan, dan membunuh Muradin dalam prosesnya. Arthas mengambil pedang itu, yang menghancurkan sisa kemanusiaan dalam dirinya. Sang Pangeran tidak menyangka bahwa tuan dari pedang itu adalah sang Lich King, atau mengetahui bahwa ketika diciptakan oleh Kiljeden, Frostmourne memiliki kekuatan yang diberikan untuk Ner'zhul: kekuatan untuk mencuri jiwa mahluk hidup.

Dengan Frostmourne ditangannya dan kegelapan yang tumbuh didalam hatinya, Arthas meninggalkan Northrend menuju rumahnya untuk menjawab panggilan tuan barunya.
Seluruh Lordaeron menyambut kembalinya Pangeran Arthas dari peperangan di Northrend, tapi kesenangan mereka tidak berlangsung lama. Setelah Arthas bertemu dengan Raja Terenas, mantan Paladin itu menghujamkan Frostmourne menuju jantung ayahnya. Dengan perintah sang Lich King, pangeran yang terhasut itu pergi untuk membunuh gurunya, Uther The Lightbringer, dan mengambil jasad Ke'Thuzad. Ketika Arthas telah menyelesaikan tugasnya, Ibu Kota yang pernah menjadi kebanggaan bangsa Manusia, telah berubah menjadi kota kematian dan kehancuran.

Arthas sang Death Knight lalu memerintahkan pasukan undead menuju hutan Quel'Thalas, membunuh setiap Elves yang berada dijalannya dan menghancurkan gerbang Silvermoon. Kedatangan Arthas adalah untuk menemukan Sunwell, lalu menggunakan kekuatannya untuk membangkitkan Ke'Thuzad sebagai Lich dan meninggalkan rumah para high elves menjadi reruntuhan.

Sebagai balasannya Kel'Thuzad membuka gerbang untuk mendatangkan Archimonde, salah satu panglima iblis pasukan Burning Legion. Tapi ketika Archimonde tiba, dia mengumumkan bahwa tugas sang Lich King tidak berguna dan diputuskan selesai. Ketika Archimonde mengejar tujuan pasukan Legion, Arthas pergi ke Kalimdor. Disana dia bertemu Illidan Stormrage, pemburu iblis hebat yang akan menjadi musuh terbesarnya.

BAB III

Mengguncang Sang Frozen Throne


Perang Ketiga berakhir dengan kekalahan Archimonde, dan pasukan Legion di Azeroth tercerai berai dengan kematiannya. Arthas kembali ke Lordaeron, dimana dia mendapatkan penglihatan bahwa kekuatan Sang Lich King mulai berkurang. Sang Death Knight kembali ke Northrend dan berhadapan dengan pasukan Elves: yang berhasil selamat dari invasi Scourge di Quel'Thalas. Para Elves bergabung dengan Illidan Stormrage untuk menghancurkan Frozen Throne. Sang Crypt Lord, Anub'arak tiba dan membantu Arthas melewati terowongan rahasia yang akan membawa mereka menuju Frozen Throne dengan cepat.

Arthas muncul dari gua bawah tanah untuk menghadapi penantang terakhir yang menghalangi jalannya: Illidan Stormrage, yang telah berubah menjadi Iblis. Illidan berhadapan dengan sang Death Knight dalam pertarungan hebat, Frostmourne melawan Twin Blades of Azzinoth. Akhirnya Illidan kalah dan ditinggalkan berdarah dalam salju ketika Arthas mulai berjalan menuju sang Lich King, didalam kepalanya muncul suara peringatan, yang mengingatkannya pada akibat yang akan dia ambil.

Beberapa mengatakan bahwa Arthas masih dapat mengendalikan dirinya ketika dia berjalan melewati tangga beku menuju Frozen Throne; yang lainnya berkata bahwa dia telah menjadi boneka sang Lich King setelah memiliki Frostmourne. Apapun itu, sebuah suara kembali muncul di pikiran sang Death Knight ketika dia mencapai baju Zirah yang terkurung dalam es. "Kembalikan Pedang Itu", perintah sang Lich King. "Selesaikan tugasmu, lepaskan aku dari penjara ini!". Dengan kekuatannya, Arthas menghujamkan Frostmourne, menggetarkan Frozen Throne. Lalu dia memakai Helm milik Ner'zhul, membuat dirinya satu dengan sang Lich King.

Sekarang sang Lich King menunggu, memancing para petualang agar bergabung dengan jalur kegelapan: sama seperti Arthas. Frostmourne mencari jiwa mereka yang pemberani atau penakut, dan entah kenapa suara Ner'zhul masih terdengar didalam Helm sang Lich King yang Baru.

"Sekarang, Kita Adalah Satu."
 
BrokenDream
BANGKITNYA DEATH KNIGHT


Bayangan Keadilan
Tindakan pertama Orgrim Doomhammer sebagai seorang Warchief Horde adalah untuk menghancurkan para Orc Warlock dari Shadow Council. Dia mengampuni pemimpin mereka, Gul'dan sebagai balasan untuk melayani Horde. Sebagai gantinya, Gu'dan berjanji akan menciptakan ksatria baru yang hebat untuk melayani Horde. Setelah bereksperimen dengan jiwa para korban anggota Shadow Council, Gul'dan berhasil mengirim arwah Necrolyte Teron Gorefiend kedalam mayat ksatria Stormwind yang gugur. Lalu Death Knight ( Ksatria Kematian ) yang pertama lahir. Gul'dan juga merubah anggota Shadow Council yang lainnya juga, menciptakan para Death Knight yang menyebarkan kematian dan ketakutan ke seluruh Azeroth dalam Perang Kedua.

Karena kegagalan dan kematian Gul'dan, sebagian pasukan Horde termasuk para Death Knight, mundur melalui Dark Portal menuju Draenor. Sebagian besar para Death Knight yang selamat menghilang ketika kehancuran Draenor, kecuali Teron Gorefiend, yang sekarang menghuni Black Temple di OUtland.

Jawara Sang Lich King
Bertahun-tahun setelah kehancuran Draenor, sang Lich King yang hebat menciptakan Death Knight yang baru: tidak memiliki rasa takut dan kasihan, ksatria berpedang milik pasukan Scourge. Yang pertama dan yang terhebat adalah Pangeran Arthas Menethil, mantan Paladin anggota Silver Hand, yang mengorbankan jiwanya untuk memiliki pedang Frostmourne karena putus asa dalam menyelamatkan rakyatnya.

Tidak seperti Death Knight milik Gul'dan, Death Knight moderen ini adalah seorang Paladin yang kehilangan keyakinannya dan mengorbankan jiwa mereka kepada Lich King untuk mendapatkan keabadian. Death Knigt yang mati dalam pertempuran akan dibangkitkan kembali untuk melanjutkan pelayanan mereka kepada tuannya.

Ketika Arthas menghancurkan Frozen Throne dan bersatu dengan Lich King, kekuatan dan jumlah Death Knight semakin bertambah. Sekarang, para arwah penasaran ini menunggu perintah sang Lich King untuk menyebarkan ketakutan di daratan Azeroth sekali lagi.

Warcraft III: Reign of Chaos

Cerita di Warcraft III: Reign of Chaos bermula ketika suatu desa di Kerajaan Lordaeron milik ras manusia diserang oleh gerombolan Orc. Pangeran Arthas selaku anak dari raja Lordaeron pun diutus untuk menangani masalah itu bersama penyihir wanita Jaina Proudmoore dan komandan perang senior Uther the Lightbringer. Setelah Arthas berhasil mengusir gerombolan Orc dan membebaskan penduduk desa, Arthas mulai merasakan adanya keanehan baru seperti adanya serangan dari makhluk mirip mayat hidup dan munculnya wabah misterius di Lordaeron. Semakin lama menyelidiki, Arthas mulai sadar bahwa ada iblis bernama Mal'ganis yang ingin memanfaatkan penduduk ras manusia (Human) sebagai tentara bagi kaumnya.
Arthas akhirnya berhasil mengalahkan Mal'ganis melalui pertarungan yang alot, namun Mal'ganis berhasil melarikan diri ke Kutub Utara (Northend) sehingga Arthas memutuskan untuk mengejarnya. Di Kutub Utara, Arthas tanpa sengaja bertemu seseorang bernama Muradin yang sedang berada di Kutub Utara untuk menemukan pedang ajaib Frostmourne. Arthas yang terobsesi mengalahkan Mal'ganis pun berusaha mendapatkan Frostmourne walaupun harus menyebabkan Muradin tewas. Arthas akhirnya berhasil membunuh Mal'ganis dengan bantuan pedang Frostmourne, namun tanpa sadar pedang itu juga mempengaruhi pikirannya. Ketika tiba kembali di istana Lordaeron, Arthas yang sudah dikuasai pedang itu membunuh ayahnya sendiri sehingga Kerajaan Lordaeron pun tertimpa kekacauan.
Arthas yang baru saja mengkudeta ayahnya sendiri kemudian bertemu oleh iblis lain bernama Tichondrius yang mengatakan bahwa Arthas sudah berhasil melaksanakan misi pertamanya sebagai bagian dari ras Undead. Arthas selanjutnya diperintahkan untuk menghancurkan pemukiman ras High Elf dan mengklaim sumur ajaibnya untuk memperluas kekuasaan Undead dan membangkitkan kembali Kel'Thuzad, pendeta Undead yang dulu dibunuhnya. Melalui Kel'Thuzad, Arthas mengetahui bahwa wabah di Lordaeron merupakan bagian dari rencana ras iblis bernama Burning Legion untuk masuk ke dunia dengan bantuan roh dukun bernama Lich King. Kel'Thuzad juga menjelaskan bahwa ia telah "dipilih" oleh Lich King sebagai salah satu anak buah kepercayaannya melalui pedang Frostmourne tersebut. Arthas dan Kel'Thuzad selanjutnya diperintahkan untuk membukakan gerbang antar dimensi dengan jalan merebut kitab sihir dari Dalaran, basis terakhir Kerajaan Lordaeron. Mereka akhirnya sukses memanggil Archimonde, pemimpin dari Burning Legion dan dengan kekuatannya, Archimonde menghancurkan sisa-sisa Kerajaan Lordaeron.
Di saat yang hampir bersamaan, Thrall, pemimpin tertinggi ras Orc, memutuskan untuk mengungsikan rasnya keluar dari tanah Lordaeron usai bertemu seseorang misterius bernama The Prophet (Sang Peramal). Di tengah perjalanan, kapal-kapal mereka terkena badai sehingga rombongan Thrall terpisah dengan rombongan Grom Hellsceam, saudaranya, hingga akhirnya terdampar di Kalimdor, tanah yang belum terjamah. Di Kalimdor, rombongan Thrall bertemu dengan ras manusia banteng bernama Tauren yang belakangan menjadi sahabat mereka. Rombongan Thrall akhirnya bertemu dengan rombongan dari Grom Hellscream yang terlibat peperangan kecil dengan ras manusia yang juga mengungsi ke Kalimdor usai runtuhnya Kerajaan Lordaeron. Thrall menyuruh Grom agar tidak mengganggu ras manusia lebih lanjut, namun Grom mengabaikannya sehingga Thrall menghukum Grom mengumpulkan kayu untuk mendirikan markas.
Grom selanjutnya menebangi begitu banyak pohon sehingga menggunduli sebagian hutan. Ulah Grom menggunduli hutan membuat Cenarius - dewa penjaga hutan Kalimdor - marah sehingga ia menyerang pasukan Grom. Pasukan Grom yang terdesak mencari dan meminum air dari suatu sumur ajaib agar bisa mengalahkan Cenarius, namun ternyata sumur tersebut sudah dikutuk oleh kekuatan iblis. Di saat bersamaan, pasukan Thrall yang dibantu Tauren berhasil mendesak ras manusia, namun tiba-tiba The Prophet muncul kembali dan menyatakan bahwa mereka harus bersatu karena Burning Legion sudah mendekati Kalimdor. Orc dan Human akhirnya memutuskan untuk bekerja sama memerangi pasukan Grom yang sudah dikuasai iblis sebelum akhirnya berhasil menyelamatkan Grom. Grom sendiri akhirnya gugur setelah berhasil membunuh Mannoroth, iblis yang sebelumnya mengutuk dirinya dan ras Orc lainnya.
Di saat bersamaan, salah satu pemimpin tertinggi ras Night Elf bernama Tyrande Whisperwind terbangun dari tidur panjangnya dan menyadari bahwa ada makhluk-makhluk asing yang masuk ke Kalimdor. Khawatir bahwa mereka hanya akan menyebabkan kekacauan, Tyrande beserta Malfurion - pendeta tertinggi Night Elf - menyuruh rasnya berperang dengan mereka sehingga Night Elf terlibat perang segitiga dengan Burning Legion (Undead) dan koalisi Orc-Human. Di sela-sela peperangan, Tyrande membebaskan Illidan - saudara Malfurion yang dipenjara karena dituduh berkhianat - untuk membantu Night Elf. Illidan yang dibebaskan selanjutnya berhasil membunuh Tichondrius, salah satu jenderal Burning Legion, namun di saat bersamaan ia malah tergoda dengan kekuatan Tichondrius dan kemudian menggunakan kekuatan tersebut untuk dirinya sendiri. Malfurion akhirnya mengusir Illidan karena kekuatan barunya dianggap membahayakan ras Night Elf.
Di tengah peperangan antara koalisi Human-Orc dengan Night Elf, The Prophet kembali muncul dan mengatakan bahwa inilah saatnya untuk bersatu demi menghentikan rencana jahat dari Burning Legion sambil mengatakan siapa dirinya sebenarnya. Ras Night Elf akhirnya setuju melakukan gencatan senjata dengan Human dan Orc. Ketiga ras itu kemudian mendirikan garis pertahanan terakhir di dekat Pohon Keabadian yang diincar Archimonde untuk menguasai dunia. Peperangan berlangsung begitu sengit, namun pasukan Burning Legion akhirnya berhasil mengalahkan pasukan gabungan ketiga ras tersebut. Di saat bersamaan, Malfurion ternyata memiliki rencana rahasia dengan mengumpulkan roh-roh penunggu hutan sambil mengulur waktu lewat peperangan. Akhirnya, tepat ketika Archimonde siap mengklaim kekuatan pohon tersebut, roh-roh penunggu hutan meledakkan dirinya sehingga Archimonde hancur bersama dengan Pohon Keabadian dan rencana Burning Legion menguasai dunia pun gagal.

GOBLINS


Awalnya budak troll hutan di Isle of Kezan, ras goblin dipaksa untuk menambang bijih kaja'mite dari dalam perut Gunung Kajaro
Troll digunakan mineral ini ampuh untuk ritual voodoo mereka, tetapi memiliki efek yang tidak dikehendaki pada budak yang menerus kontak dengan itu: kaja'mite menghasilkan kecerdasan licik dan mengejutkan baru di goblin. Kerajinan artefak mereka sendiri yang kuat di bidang teknik dan alkimia di rahasia, goblin segera menggulingkan penindas mereka dan menyatakan Kezan untuk tanah air mereka. Tambang-tambang yang telah penjara mereka, kamp budak mereka, dan pangkal pemberontakan mereka sekarang menjadi kota Perlemah. Tenun melalui jantung pulau dalam jaringan memusingkan terowongan, kubah, dan tabung lava, Perlemah melambangkan kompleks goblin ', pola pikir tak terduga.

keserakahan alam The goblin 'segera mengangkat mereka menjadi terkenal sebagai tuan dari merkantilisme. Perdagangan pangeran muncul selama Perang Pertama sebagai goblin pintar belajar untuk mengambil keuntungan dari perselisihan tersebut. nasib Besar adalah mengumpulkan, dan Isle of Kezan menjadi hub untuk armada kapal perdagangan goblin. Salah satu pangeran perdagangan setuju untuk meminjamkan jasa sekutunya terhadap Horde dalam Perang Kedua. Setelah mengalahkan Horde, para goblin belajar dari contoh gagal rekan mereka, dan segera mereka menyadari bahwa keuntungan mereka bisa dua kali lipat jika mereka tidak terjebak dalam hubungan yang demikian ketat. Pada akhir Perang Ketiga, goblin telah memberikan persenjataan, kendaraan, dan jasa licik baik kepada Horde dan Aliansi. Ini tidak akan berlangsung selamanya ...
Baru-baru ini, para goblin dari Kezan telah menemukan musuh baru dalam Aliansi - pertemuan yang tak terduga dan tidak menguntungkan dengan golongan ini telah mendorong pangeran usaha tertentu dari netralitas mereka yang nyaman. Menempa kembali pakta tua dengan sekutu mereka satu-waktu, goblin telah menyambut ke Horde dengan tangan terbuka.
from http://www.worldofwarcraft.com/cataclysm/features/goblin.html

WORGEN

Para worgen adalah ras binatang liar binatang serigala yang sangat menginspirasi ketakutan. Teori tentang sejarah mereka berlimpah, namun asal-usul yang worgen itu tetap tenggelam dalam misteri.

Catatan menunjukkan bahwa worgen yang ada untuk waktu yang di Kalimdor. Bahkan, bukti-bukti yang lebih baru menunjukkan bahwa asal-usul mereka yang sebenarnya mungkin memiliki sambungan ke elf malam dan perintah druidic rahasia dari masa lalu Kalimdor's. Namun sampai bukti baru datang kepada terang, informasi ini masih bersifat spekulatif.

Penampilan pertama worgen's diverifikasi di Kerajaan Timur telah dilacak kembali ke Perang Ketiga, ketika archmage Arugal memanfaatkan serigala-binatang sebagai senjata melawan Scourge. Arugal senjata segera berbalik melawan dia, bagaimanapun, sebagai kutukan dari worgen cepat menyebar di kalangan populasi manusia, mengubah manusia biasa dan perempuan ke dalam kelaparan, makhluk liar.


Arugal banyak mengadopsi worgen sebagai miliknya dan mundur ke rumah mantan Baron Silverlaine, kebun sekarang dikenal sebagai Shadowfang Keep. Kutukan itu, bagaimanapun, tidak mengandung. Hal ini terus di tanah dari Silverpine dan diperpanjang bahkan ke dalam bangsa berdinding dongeng dari Gilneas, di mana kutukan cepat mencapai tingkat pandemi.

Warga Gilneas menemukan diri mereka terperangkap, tanpa harapan untuk melarikan diri. Mereka mundur lebih dalam domain terisolasi, dan di sana mereka selamat, takut kehadiran buas yang mengintai di luar barikade.

Ketegangan antara warga pengungsi meningkat dari waktu ke waktu, sehingga dalam perang sipil yang sekarang mengancam untuk mengacaukan bangsa diperangi bahkan lebih.

Ada orang-orang di antara Gilneans Namun, yang berpegang teguh kepada harapan. Banyak yang percaya bahwa pengobatan untuk mengutuki worgen mungkin ada, walaupun orang lain sudah hampir menyerah, takut bahwa jika barikade harus jatuh, kemanusiaan mereka akan hilang selamanya.

from http://www.worldofwarcraft.com/cataclysm/features/worgen.html
Death Knight



Illidan Stormage